Tuesday, 29 October 2019

Liliyana Natsir, Agnez Mo, Bill Gates, dan Saya

Foto ilustrasi: Tony Liong

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema guru ideal.

 

Apa persamaan antara Liliyana Natsir, Agnez Mo, dan Bill Gates? Liliyana adalah atlet bulu tangkis nasional; Agnez, mengawali kariernya dengan nama Agnes Monica, adalah penyanyi Indonesia yang go international; sedangkan Bill adalah pendiri Microsoft, perusahaan teknologi komputer terkemuka di dunia. Ketiga orang tersebut menekuni bidang pekerjaan yang berbeda. Lalu, apa persamaan di antara ketiganya?

Mereka menekuni bidang yang mereka sukai sejak kecil.

Berbeda dengan saya.

Saat masih di bangku sekolah dasar (SD), minat saya beragam. Selama di jenjang sekolah menengah pertama (SMP), saya tidak yakin apa yang menarik minat saya. Di sekolah menengah atas (SMA), saya semakin bingung, namun, diharapkan untuk segera menentukan langkah setelah lulus sekolah.

Waktu itu saya tidak bisa memutuskan sendiri karena saya belum punya bayangan akan masa depan. Pada akhirnya, orang tua yang menentukan langkah saya selanjutnya.

 

Peran penting guru dalam menemukan dan mengasah potensi murid

Ketiga public figure yang saya sebutkan tadi mampu menemukan minat mereka masing-masing sedari kecil. Tidakkah kita ingin anak-anak kita seperti itu? Ataukah kita tega membiarkan anak-anak menjadi seperti saya? Tak mampu mengenali minat dan bakat diri sendiri, dan akhirnya harus dibantu orang tua untuk menentukan masa depan.

Saya ingin seorang guru dapat membantu muridnya dalam menemukan bakat atau potensi di diri mereka. Menurut saya sosok guru yang ideal adalah yang mampu mengarahkan dan mengembangkan bakat murid sebagai bekal masa depan mereka.

Oleh karena itu, saya bertekad membantu murid-murid saya menemukan bakat dan potensi mereka; bidang yang mereka sukai dan dapat mereka tekuni sejak dini.

 

Cara menemukan dan mengasah bakat murid

Ada banyak cara yang dapat guru lakukan untuk menemukan bakat dan potensi murid. Misalnya, melalui kegiatan olah raga; dari situ guru dapat melihat bila ada murid yang berpotensi di bidang olah raga. Cara lain misalnya, membuat prakarya dan menggelar pentas seni atau kompetisi menyanyi untuk melihat kreativitas murid-murid. Dari kegiatan-kegiatan tersebut guru dapat melihat bila ada murid yang berpotensi di bidang kesenian.

Contoh lain lagi melalui kegiatan yang relevan dengan zaman, seperti yang terkait dengan penggunaan teknologi seperti komputer. Guru dapat menggali potensi murid terkait aplikasi komputer dengan mengajari mereka mengetik atau membuat gambar sederhana di komputer.

Cara paling nyata tentu saja dengan melihat perkembangan belajar murid setiap hari di kelas. Bisa saja di antara murid-murid ada yang memiliki minat khusus terhadap salah satu mata pelajaran, dan kelak ingin menjadi ilmuwan.

Bila bakat atau potensi murid sudah terlihat, guru harus melanjutkan tahap selanjutnya; asah dan latih kemampuan mereka agar makin mahir. Menurut saya, guru juga dapat mengizinkan murid untuk mendalami bakatnya dengan 1–2 kali mengorbankan waktu belajar. Alasannya, potensi murid tidak selalu terletak di bidang kognitif (akademik).

Seperti yang dilakukan Liliyana dan Agnez ketika mereka kecil. Liliyana sudah aktif mengikuti kejuaraan bulu tangkis sejak masih di SD. Pada usia 12 tahun ia merantau dari Manado ke Jakarta untuk menggeluti olah raga bulu tangkis secara lebih serius. Sementara, Agnez mengawali kariernya sebagai penyanyi dan presenter cilik. Semasa kecil, mereka harus mengorbankan banyak waktu belajar di sekolah. Tetapi, pengorbanan mereka berbuah manis; mereka berhasil menorehkan prestasi di tingkat nasional hingga internasional.

 

Bakat dan minat: modal sukses di masa depan

Lalu, apa manfaatnya menemukan bakat dan minat murid sejak dini? Anak yang sudah menemukan bakat atau minatnya akan menggunakan waktu luangnya untuk mengasah minat atau bakat tersebut. Ia juga akan lebih percaya diri dan saat dewasa kemampuannya sudah makin tajam. Kemampuan itu akan menjadi bekal kesuksesannya kelak.

Saya ingin murid-murid saya menjadi Liliyana Natsir, Agnez Mo, dan Bill Gates selanjutnya. Saya siap melakukan banyak hal untuk membantu anak-anak menemukan bakat mereka. Saya juga siap membantu mengasah potensi mereka. Saya siap melihat mereka sukses kelak.

Saya tidak berani membayangkan anak-anak berada dalam situasi yang saya hadapi dulu: tidak tahu mau jadi apa karena tidak mengenali bakat dan potensi diri sendiri.

 

 

* Catatan ini ditulis oleh RY, guru SD yang berasal dari Provinsi Jawa Barat.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.