Sebagai guru, saya juga pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan, yaitu saat siswa sulit dikendalikan. Kejadian ini biasanya terjadi saat saya tidak fokus mengajar di kelas.
Menjadi pendidik di sekolah berkurikulum nasional plus memang membutuhkan tenaga ekstra, baik dari segi fisik, dalam mengajar, dalam berperilaku, serta dalam memahami karakteristik peserta didik. Tak heran bila guru di sekolah berkurikulum nasional plus menghadapi tekanan lebih tinggi dibandingkan sekolah yang tidak berbayar.
Setelah cuti selama satu tahun untuk mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG), saya kembali mengajar di sekolah. Proses kembali mengajar setelah cuti selama setahun ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Mulai dari mempelajari kebijakan-kebijakan sekolah yang telah berubah, hingga berkenalan dengan orang tua murid baru.
Pengalaman mengajar pertama membuat saya merasa gagal sebagai seorang guru. Waktu itu saya ditugaskan menjadi guru kelas 1 sekolah dasar (SD). Ternyata saya sama sekali tidak bisa menangani murid-murid kelas 1. Setiap hari tidak terlihat adanya peningkatan kemampuan. Setiap hari terasa sama saja. Sebagai guru muda, saya pun sedikit terpuruk.