Foto ilustrasi: Tony Liong
Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema seandainya bisa mengulang waktu, apakah akan tetap menjadi guru?
Damai sejahtera, hati yang full of joy, dan siap nyaris 24 jam menjadi pendengar adalah hal-hal yang saya dapatkan selama menjadi guru.
Damai dan sukacita yang saya rasakan bukan berasal dari pendapatan ataupun jabatan yang saya miliki, melainkan dari diri yang menikmati hari-hari bertemu dan berkomunikasi dengan anak-anak di sekolah. Jadi, jika saya dapat mengulang masa lalu, rasanya saya akan tetap memutuskan untuk menjadi guru karena saya tahu bagaimana menikmati profesi ini.
Bagi saya, seseorang yang tahu cara menikmati pekerjaan dan passion-nya adalah orang yang beruntung. Ketika beban atau masalah terjadi, dia akan tetap tegak dan berjuang mati-matian untuk menyelesaikannya.
Panggilan Sejak Kecil
Guru adalah panggilan bagi saya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Saya sangat suka membagikan hal-hal yang saya miliki, termasuk pengetahuan. Sedari kecil, saya sudah membuat kelompok belajar bagi anak-anak di kampung tempat saya tinggal.
Namun, hasrat menjadi guru sempat padam saat saya menginjak sekolah menengah pertama karena saya tidak fokus belajar. Sampai akhirnya saya bertemu guru-guru yang inspiratif di sekolah menengah atas dan mendapat dukungan penuh dari orang tua untuk memperjuangkan impian saya menjadi guru.
Pembuktian kepada Diri Sendiri
Perjalanan saya menjadi seorang guru tidak mulus. Ada banyak pasang surut dan masalah finansial karena saya harus kuliah di luar kota. Jadi, ketika saya dapat menyelesaikan setiap pendidikan dan berakhir menjadi guru, saya dapat membuktikan kepada diri sendiri bahwa saya lebih “besar” daripada yang saya bayangkan. Proses inilah yang membuat saya semakin mantap untuk menjadi guru.
Pembentukan karakter selama saya sekolah keguruan masih berlanjut sampai sekarang. Banyak hal tidak terduga yang tiba-tiba terjadi dan membuat saya menjadi pribadi yang fleksibel, mau belajar, dan berintegritas.
* Catatan ini ditulis oleh RCA, guru SD di Provinsi Jawa Tengah.
** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.