Tuesday, 25 October 2022

Lawan Krisis Pembelajaran, Tingkatkan Kemampuan Dasar Siswa

Foto ilustrasi: Novita Eka Syaputri

 

Dalam beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang pendidikan. Sebagian besar anak Indonesia mampu mengenyam pendidikan dasar (SD dan SMP)1, rasio guru dan siswa di pendidikan dasar pun sudah ideal2, dan sejak 2009 negara mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk penyelenggaraan pendidikan nasional.   

Namun, capaian tersebut belum dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Seperti banyak negara berkembang lainnya, Indonesia kini mengalami krisis pembelajaran. Sejumlah asesmen nasional maupun internasional, seperti Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia/AKSI dan Programme for International Student Assessment/PISA, menunjukkan pembelajaran siswa Indonesia mengalami kemajuan yang lambat, bahkan cenderung stagnan di posisi bawah. 

Dalam Profil Pembelajaran yang disusun peneliti RISE terlihat kemampuan berhitung siswa Indonesia bahkan mengalami kemunduran. Profil Pembelajaran ini disusun menggunakan data Indonesia Family Life Survey/IFLS 2000, 2007, dan 2014 yang mewakili 83% populasi di Indonesia. Rendahnya kemampuan berhitung itu juga terlihat pada responden dewasa yang sebagian besar tak mampu mengerjakan soal pecahan sederhana (setara kompetensi kelas 4 SD). Artinya, pertambahan usia tidak menjamin peningkatan kemampuan berhitung, yang bahkan ternyata justru menurun.

 

Chart</p>
<p>Description automatically generated

 

Kenyataan ini menunjukkan tantangan pendidikan di Indonesia saat ini tidak sama dengan beberapa dekade lalu. Setelah berhasil memastikan sebagian besar anak di Indonesia dapat bersekolah, pemerintah perlu memberi perhatian lebih pada tahap selanjutnya, yaitu penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak yang bersekolah benar-benar memperoleh pengetahuan dan menguasai keterampilan yang sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka tempuh. 

 

Pentingnya fokus kepada peningkatan kemampuan dasar siswa: literasi dan numerasi 

Siswa yang telah menyelesaikan pendidikan dasar semestinya memiliki penguasaan kemampuan dasar literasi dan numerasi yang baik. Namun, Profil Pembelajaran Indonesia yang disusun tim peneliti RISE memperlihatkan rendahnya probabilitas siswa usia sekolah dalam penguasaan materi perhitungan dasar seperti yang tertera pada IFLS. Walaupun siswa terus naik kelas, namun, peningkatan kemampuan siswa antara jenjang kelas yang satu dengan kelas berikutnya sangat sedikit.  

 

Chart, bar chart</p>
<p>Description automatically generated

 

Kemampuan dasar literasi dan numerasi bukanlah sebatas pengetahuan dasar, melainkan pemahaman atas konsep dan bagaimana mengaplikasikan konsep tersebut di kehidupan sehari-hari. Dengan menguasai kemampuan dasar, seorang siswa dapat lebih mudah untuk memahami dan menguasai keterampilan yang akan diajarkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Misalnya, untuk dapat memahami perkalian dan pembagian, siswa harus menguasai konsep bilangan. Jika proses ini terlewat atau tidak tuntas, modal siswa untuk belajar perkalian dan pembagian pun tidak lengkap. Salah satu akibatnya, banyak orang dewasa yang tidak bisa menjawab soal-soal kemampuan berhitung dasar seperti 1/3 - 1/6. 

Oleh karena itu, sistem pendidikan perlu berkomitmen memastikan setiap siswa yang bersekolah memiliki penguasaan kemampuan dasar literasi dan numerasi yang mendalam alih-alih sekadar mampu membaca, menulis, dan berhitung. Penguasaan kemampuan dasar tersebut dapat membantu siswa untuk berpikir kritis, memahami konsep bilangan serta memiliki kecakapan dalam memanfaatkan operasi hitung untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.    

Mewujudkan penguasaan kemampuan dasar literasi dan numerasi harus menjadi tujuan utama sistem pendidikan dan komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Namun, hal ini tidak akan terwujud tanpa diiringi pemahaman yang sama terkait akar permasalahannya, yaitu kualitas pendidikan yang masih rendah. Temuan studi RISE di Vietnam dan India menunjukkan upaya mewujudkan komitmen tersebut tidak mudah karena menuntut banyak aktor di sektor pendidikan untuk mengubah prioritas dan tindakannya. Oleh karena itu, para aktor perlu bersama-sama berkomitmen untuk memastikan siswa di sekolah mendapatkan pembelajaran yang berkualitas agar mampu mencapai penguasaan kemampuan dasar literasi dan numerasi.

Langkah-langkah yang harus diambil untuk melawan krisis pembelajaran 

Sejak 2017, Program RISE di Indonesia melaksanakan berbagai studi guna mengidentifikasi akar masalah yang menghambat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selama ini. Studi-studi tersebut juga menelaah bagaimana sistem pendidikan Indonesia dapat mengatasi krisis pembelajaran yang telah berlangsung terlalu lama.  

Dengan hampir semua anak di Indonesia kini dapat bersekolah, bagaimana memastikan pembelajaran di sekolah berkualitas dan anak-anak menguasai keterampilan sesuai jenjang pendidikan yang mereka tempuh? Berikut lima langkah prioritas yang dirangkum dari temuan studi-studi RISE di Indonesia maupun di negara-negara lain. 

  1. Berkomitmen terhadap penguasaan kemampuan dasar literasi dan numerasi 
  2. Mengukur pembelajaran secara berkala, akurat, dan relevan 
  3. Menyelaraskan sistem dengan komitmen pembelajaran 
  4. Mendukung guru dalam proses belajar mengajar 
  5. Mengadaptasi pendekatan dalam mengambil kebijakan pendidikan 

Kelima prioritas kebijakan pendidikan ini juga telah disampaikan para peneliti RISE dalam Workshop “Lawan Krisis Pembelajaran, Tingkatkan Kemampuan Dasar Siswa” yang diselenggarakan pada 2 Agustus 2022. Simak rekaman acaranya di sini

“Now that most children are attending school,
the focus must shift to learning in school.”
#FromSchoolingToLearning 

Bantu RISE dalam menyebarkan 5 Prioritas Kebijakan Pendidikan ini kepada para pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan pendidikan agar kita bisa bersama-sama melawan krisis pembelajaran! Kunjungi ️ http://bit.ly/RISE5Actions untuk tahu lebih lanjut tentang kampanye ini. 

 


1 Bersekolah, Apakah Belajar? Analisis 2000–2014 
2 Potret Pendidikan Indonesia: Statistik Pendidikan 2018 


Bagikan Postingan Ini