Tuesday, 11 February 2020

Kenyataan yang Tidak Seindah Harapan

Foto ilustrasi: Novita Eka Syaputri

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema pengalaman mengajar.

 

Sejak 2019 saya bekerja sebagai guru di salah satu sekolah dasar (SD) di Kabupaten Bantul. Saya ditugaskan menjadi wali kelas 4 yang terdiri dari 31 siswa. Sehari-hari saya memberi tugas, mendampingi, dan memfasilitasi mereka belajar. Saya juga memberi nilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sebagai wali kelas, saya bertanggung jawab atas kegiatan belajar mengajar dengan seluruh siswa, serta sarana dan prasarana di dalam kelas.

Setelah bekerja sebagai guru, saya menyadari bahwa mengajar siswa SD tidak semudah yang dulu saya bayangkan. Banyak tantangan yang saya temui dan saya juga ternyata harus banyak bersabar.

Setiap hari saya berinteraksi dengan 31 anak dengan 31 karakter berbeda. Ada yang pendiam, aktif, dan ada pula yang terlalu aktif. Ada anak yang mampu menyelesaikan tugas secara mandiri dengan baik dan tanpa banyak bertanya. Ada anak-anak yang kurang percaya diri dengan jawaban mereka sehingga harus bertanya berkali-kali untuk memastikan benar atau tidaknya jawaban mereka. Ada pula anak yang cuek dengan jawaban mereka; yang penting tugasnya selesai.

Saya harus pandai-pandai memutar otak dalam mencari cara terbaik mendidik dan mengajar para siswa. Suatu tantangan tersendiri bagi saya untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi ketiga puluh satu siswa ini.

 

Lebih Banyak Tugas

Sekolah tempat saya mengajar kebetulan termasuk aktif dalam berpartisipasi di berbagai perlombaan. Akibatnya, tugas saya sebagai guru pun lebih banyak dibandingkan guru-guru lain yang sekolahnya tidak terlalu aktif mengikuti perlombaan.

Tiap akan ada perlombaan, saya dan rekan-rekan guru bekerja sama mempersiapkan para siswa dan memastikan segala persyaratan terpenuhi. Tidak jarang saya jadi harus lembur di sekolah.

Selain itu, sama seperti di sekolah-sekolah lain, sebagai guru muda saya mendapat tugas-tugas tambahan dari kepala sekolah. Saya merasa beruntung karena kepala sekolah selalu membimbing saya dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Namun, ada kalanya saya kesal karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga kesulitan mengerjakannya.

Mungkin karena guru muda umumnya masih belum terlalu sibuk atau masih berjiwa muda dan bersemangat sehingga dianggap mampu mengemban tugas-tugas tambahan tersebut.

Padahal, salah satu alasan saya menjadi guru adalah agar memiliki waktu luang yang cukup. Dulu saya mengira tugas guru tidak sebanyak tugas pegawai kantoran sehingga guru punya waktu luang yang lebih banyak.

Setelah bekerja sebagai guru, saya baru menyadari bahwa tugas-tugasnya pun banyak. Selain tugas mendidik, mengajar, dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa, masih ada tugas tambahan yang juga harus dikerjakan. Apalagi saya bekerja di sekolah yang cukup aktif. Konsekuensinya, saya jadi sering lembur atau mengerjakan tugas-tugas sekolah di rumah.

Kenyataan benar-benar tak sesuai dengan harapan.

 

Mengembangkan Pembelajaran

Menjadi guru adalah passion saya sehingga saya selalu ingin mengembangkan pembelajaran di kelas. Pada awalnya saya selalu mempersiapkan dengan baik pembelajaran yang akan saya lakukan, seperti menyiapkan bahan ajar serta media pembelajaran yang matang. Namun, setelah mendapat tugas-tugas tambahan, kadang waktu dan fokus saya tersita untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut.

Tugas tambahan dari sekolah memang membuat fokus saya jadi bercabang. Mungkin karena pada dasarnya saya hanya bisa fokus pada satu hal. Ketika mendapat tugas tambahan, saya jadi kurang maksimal dalam mengembangkan pembelajaran di kelas. Saya harus belajar membagi waktu dan fokus agar upaya mengembangkan pembelajaran tercapai dan tugas tambahan pun terselesaikan dengan baik.

Selain itu, di sekolah juga ada banyak kegiatan ekstrakurikuler di luar jam kerja. Namun, karena jarak rumah saya dengan sekolah lumayan jauh, saya jarang ikut mendampingi kegiatan-kegiatan tersebut.

Kadang ada perasaan tidak enak terhadap kepala sekolah dan guru-guru lain. Sebagai gantinya, saya berusaha aktif dalam mendampingi kegiatan-kegiatan di luar sekolah, seperti perlombaan, berkemah, dan lain-lain.

 

Tidak Menyesal

Jika ditanya apakah saya menyesal menjadi guru, jawabannya adalah tidak. Saya memang tidak suka dengan tugas tambahannya, tetapi saya sangat menyukai kegiatan belajar mengajar bersama anak-anak di sekolah.

Saya masih tetap excited bereksperimen dan membuat rencana rencana kegiatan bersama anak-anak. Saya masih suka melihat mereka memahami materi yang saya ajarkan. Saya masih tetap hobi berdiskusi dengan rekan-rekan guru tentang bagaimana mendesain pembelajaran yang menyenangkan. Saya menyukai semua itu.

Kenyataannya, tugas guru memang tak seindah harapan. Tetapi, bagi saya menjadi guru adalah sebaik-baiknya pekerjaan.

 

* Catatan ini ditulis oleh IK, guru SD di Provinsi Yogyakarta.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini