Monday, 25 March 2019

“Saya Tidak Pernah Bercita-cita Menjadi Guru”

Foto ilustrasi: Tony Liong

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema motivasi menjadi guru.

 

Nama saya Imas. Saat ini saya bekerja sebagai guru di salah satu SD negeri di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

Saat kecil saya tidak pernah bercita-cita menjadi guru. Saya hanya mengikuti arus kehidupan. Saya masih ingat jelas nasihat seorang ulama: Barang siapa berjalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju surga. Oleh karena itu, dari dulu saya selalu semangat ke sekolah dan belajar.

Saya terlahir bukan dari keluarga guru. Ayah dan Ibu saya adalah petani yang tidak memiliki sawah, biasa disebut buruh tani. Kakak-kakak saya bekerja sebagai pedagang, petani, dan montir. Tetapi, saya menyukai kegiatan belajar dan bersekolah. Keluarga saya pun selalu mendukung kesukaan saya itu. Sekolah, sekolah, sekolah. Mereka ingin saya rajin belajar agar bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik.

 

Mengidolakan guru SD

Ketika duduk di kelas 5 SD, saya mengidolakan seorang guru bernama Bu Susi (bukan nama sebenarnya). Beliau sangat sabar dan cerdas. Bu Susi pernah menjelaskan cara cepat menyelesaikan soal matematika bila kita lupa rumusnya, yaitu mengaitkannya dengan logika. Bu Susi juga berpesan kepada murid-muridnya agar belajar dengan ikhlas karena kita tidak pernah tahu ilmu mana yang lebih bermanfaat. Pernah terpikir oleh saya untuk menjadi seperti Bu Susi.

Setiap kali saya belajar dan mengetahui hal baru, saya merasa masih bodoh dan menjadi makin haus akan pelajaran baru. Di sela-sela kehausan itu, ada orang yang bertanya tentang sesuatu, dan saya bisa menjawabnya. Saya merasa senang karena ada orang yang memahami penjelasan yang saya sampaikan.

Berusaha membuat orang lain mengerti merupakan tantangan yang sangat menyenangkan. Hal itu yang mendorong saya memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) saat kuliah. Saya ingin memiliki kesempatan mengajari anak-anak. Bagi saya, mengajar anak-anak lebih menyenangkan karena mereka sangat lucu dan umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Setelah menyelesaikan studi S1, saya melanjutkan ke program Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk mengembangkan kemampuan mengajar. Bersamaan dengan serangkaian ujian kelulusan di PPG, saya mengikuti seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan alhamdulillah lolos.

Bagi saya, menjadi guru adalah profesi yang sangat mulia dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

 

* Catatan ini ditulis oleh SM, guru SD yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini