Friday, 26 June 2020

Mengajar Banyak Kelas, Memahami Karakter Siswa yang Berbeda-beda

Foto ilustrasi: Tony Liong

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema tantangan terbesar dalam mengajar sebagai guru muda.

 

Semester dua hampir selesai. Saya berharap kali ini dapat mengajar selama satu tahun pembelajaran secara penuh.

Sejak awal mengajar di 2016, saya belum pernah sekalipun memegang satu kelas selama satu tahun pembelajaran secara penuh. Alasannya, saya sering dipindah kelas dan harus cuti karena mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Keadaan itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya karena tiap tahun harus memahami karakter siswa yang berbeda-beda, sekaligus menyampaikan materi pelajaran di kelas yang berlainan pula. Meski demikian, ada dampak positifnya bagi saya, yaitu saya mendapat cukup pengalaman mengajar di berbagai kelas, walaupun belum penuh satu tahun ajaran.

Sejak lulus PPG, saya sering menerapkan proses pembelajaran diskusi berkelompok, praktik, dan presentasi hasil diskusi atau praktik. Menurut saya, diskusi kelompok dapat melatih anak menjadi berani dalam menyampaikan pendapat.

Tidak dapat dipungkiri ada anak yang hanya mau bermain dengan teman yang itu-itu saja. Oleh karena itu, saya sering mengganti anggota kelompok agar siswa lebih dapat bersosialisasi dengan teman-teman sekelas.

Saya juga sering meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi atau praktik mereka. Tujuannya agar mereka dapat lebih berani berbicara di depan orang banyak. Selain itu, saya berharap melalui diskusi dan presentasi siswa di kelas akan lebih aktif dan pembelajaran tidak berjalan satu arah dari guru saja.

Kendala yang saya hadapi dalam menerapkan pembelajaran tersebut adalah masih kurangnya siswa yang aktif bertanya ketika ada kelompok lain yang presentasi. Agar ada diskusi dua arah, biasanya saya yang memulai mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi. Pada pembelajaran selanjutnya mungkin saya akan mencoba model pembelajaran lain, misalnya jigsaw, yang menuntut tiap siswa dalam satu kelompok memahami materi yang berbeda-beda, lalu menjelaskan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

 

 

* Catatan ini ditulis oleh WA, guru SD di Provinsi Jawa Tengah.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini