Friday, 10 January 2020

Jalan Panjang Mencapai Impian Menjadi Guru

Foto ilustrasi: Mukti Mulyana

 

Artikel ini merupakan bagian dari seri "Catatan Perjalanan Guru” dengan tema berliku-liku mendapatkan pekerjaan sebagai guru.

 

Setelah lulus kuliah sarjana pada 2014, saya mengikuti tes seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di DKI Jakarta. Namun, keberuntungan belum berpihak kepada saya; karena skor tes tidak memenuhi passing grade, saya pun gagal di tahap awal. Saat itu saya sedih karena merasa harapan untuk menjadi aparatur sipil negara (ASN) telah sirna.

Saya lalu kembali mencari pekerjaan untuk posisi guru kelas sekolah dasar (SD) melalui situs web kampus, Google, dan bertanya kepada teman-teman yang sudah bekerja. Saya memberanikan diri melamar ke salah satu SD swasta di Jakarta, meskipun awalnya ragu karena orang tua keberatan kalau saya pergi merantau (saat itu saya tinggal di Klaten).

Beberapa minggu kemudian saya mendapat surat lewat pos. Tergesa-gesa saya membuka surat itu karena penasaran dengan isinya. Setelah membacanya saya kembali sedih karena lamaran saya ke SD swasta ditolak. Rupanya saya kurang teliti membaca info lowongan; saya ditolak karena tidak memenuhi kriteria agama.

 

Menjadi Guru Honorer

Kegagalan mengikuti seleksi CPNS dan menjadi guru di SD swasta tidak mematahkan semangat saya untuk menjadi guru. Saya tetap mencoba mencari lowongan, namun kali ini untuk posisi guru honorer di sekitar tempat saya tinggal. Usaha saya membuahkan hasil. Pada Juli 2014 saya diterima di salah satu SD negeri yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah.

Saya disambut baik oleh guru dan karyawan di sekolah tersebut. Saya mendapat tanggung jawab mengajar kelas 3. Awalnya saya kurang percaya diri karena belum mengenal karakteristik peserta didik di kelas itu. Namun, setelah sekian hari berjalan, saya mulai beradaptasi dengan lingkungan dan seluruh warga sekolah.

Tak terasa sudah tiga tahun saya menjadi guru di sekolah ini. Saya merasa nyaman meski hanya berstatus guru honorer dengan pendapatan 300 ribu rupiah per bulan. Saat itu bukan gaji yang menjadi tujuan utama saya, melainkan mendapatkan pengalaman menjadi guru yang sebenarnya.

 

Mengikuti Pendidikan Profesi Guru

Pada 2018 saya mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan selama satu tahun dan mengajukan cuti mengajar. Hal yang mendorong saya mengikuti PPG adalah untuk mendapatkan sertifikat pendidik. Pada saat itu banyak informasi yang muncul bahwa guru wajib memiliki sertifikat pendidik. Oleh karena itu, ketika ada kesempatan mengikuti Program PPG saya pun mengikutinya. Saya merasa sangat beruntung bisa mengikuti Program PPG karena mendapat subsidi dari pemerintah sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya.

Pengalaman menjalani Program PPG sungguh berkesan dan cukup melelahkan. Banyak sekali tugas dan kegiatan yang harus dikerjakan. Yang jelas, saya mendapat banyak ilmu baru dan sebagai guru saya menjadi lebih siap dalam menghadapi perkembangan zaman.

Saya sangat gembira saat menyelesaikan Program PPG dan dinyatakan lulus. Rasa lelah terbayarkan karena saya diberi kelancaran selama setahun menjalani program tersebut. Saya kini sudah memiliki sertifikat pendidik dan semakin percaya diri dengan profesi yang saya geluti, yaitu menjadi guru.

 

Lolos CPNS 2018

Menjadi ASN adalah impian banyak orang, termasuk saya. Selain mengikuti Program PPG, pada 2018 saya mencoba kembali mengikuti seleksi CPNS untuk formasi guru kelas SD. Langkah yang saya ambil itu bisa dibilang cukup menantang. Mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas PPG dan mempersiapkan diri belajar untuk tes CPNS sangat melelahkan.

Setelah melewati tahapan yang banyak dan panjang, kelelahan saya akhirnya terbayarkan. Pada akhir Desember 2018 saya dinyatakan lolos seleksi CPNS hingga tahap akhir. Saya kemudian ditempatkan di instansi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal. Saat ini saya menjalani karier sebagai guru SD di tempat kerja baru.

Saya sungguh bahagia karena kini sudah mencapai impian menjadi ASN dan guru SD. Jalan yang harus saya lewati untuk sampai pada tahap ini tidak mulus karena terdapat banyak rintangan. Keyakinan yang tinggi disertai prinsip pantang menyerah membuat saya bisa sampai pada tahap ini. Selain itu, doa dan restu orang tua juga mengantar saya hingga berhasil meraih impian.

 

* Catatan ini ditulis oleh TA, guru SD di Provinsi Jawa Tengah.

** Semua tulisan yang dipublikasikan dalam Catatan Perjalanan Guru merupakan pandangan penulis, telah melalui proses penyuntingan untuk keperluan penulisan populer, dan tidak mewakili pandangan Program RISE di Indonesia ataupun penyandang dana RISE.


Bagikan Postingan Ini